Home » Mobile Apps

Category Archives: Mobile Apps

Pemanfaatan Modul OEM GPS untuk RTK GPS dengan Android

20151114_111839Background

Modul GPS murah memiliki spesifikasi dan fitur yang memungkinan penentuan posisi teliti menggunakan berbagai macam metode seperti; static post-processing, kinematic post-processing maupun real-time kinematic GPS. Pada tulisan ini dibahas tentang studi awal penggunaan modul GPS murah untuk penentuan posisi metode RTK menggunakan data koreksi dari Continuously Operating Reference Station (CORS) atau yang lebih dikenal dengan istilah Networked Transported RTCM via Internet Protocol (NTRIP). Potensi masalah teknis yang dihadapi dalam penggunaan GPS murah pada umumnya adalah pada penyusunan sistem serta akurasi yang dihasilkan dari pemanfaatan sistem pada pengukuran riil di lapangan. Dalam tulisan ini dibahas tentang teknis penyusunan sistem RTK menggunakan GPS modul murah yang dikoreksi menggunakan  layanan NTRIP dari CORS. Hasil-hasil awal terkait pengujian sistem RTK yang dibuat juga disampaikan dengan tujuan memberikan gambaran performa dari sistem RTK ini.

Related Works

Kebutuhan akan penentuan posisi yang akurat dengan pembiayaan yang terjangkau telah mendorong banyak peneliti mengembangkan berbagai alternatif solusi, salah satunya penentuan posisi teliti menggunakan modul GPS murah. Penggunaan modul GPS murah diawali oleh Takasu (2009) melalui penemuan RTKLIB yang merupakan kode paket pemrograman berbahasa C yang dapat digunakan sebagai platform standar aplikasi RTK GPS. Paket program ini  mendukung komunikasi data melalui komunikasi data protokol serial I/O, TCP/IP dan NTRIP, menggunakan berbagai format koreksi data termasuk RTCM 2.3, RTCM 3.1 dan pesan baku eksklusif untuk beberapa receiver GPS. Metode resolusi ambiguitas fase yang digunakan oleh RTKLIB adalah metode LAMBDA (Takasu dan Yasuda, 2009). RTKLIB telah mengalami beberapa pengembangan dan penyesuaian. Versi pertama RTKLIB dirilis pada 31 Januari 2009 sedangkan versi terbarunya adalah versi 2.4.3 yang telah dirilis 31 Maret 2015.

Hwang dkk (2012) kemudian mengembangkan aplikasi untuk pemodelan kesalahan pada penentuan posisi RTK GPS berbasis telepon pintar (smartphone). Sementara itu Grieneisen (2012) telah memanfaatkan teknologi RTK GPS untuk penentuan posisi pada pesawat udara kecil (micro aerial vehicle). Selain RTK GPS, penggunaan RTKLIB untuk penentuan posisi teliti menggunakan metode precise point positioning juga telah dikaji oleh Wiśniewski dkk (2013).

Fitur penentuan posisi teliti yang dapat dilakukan dengan menggunakan modul GPS u-blox dapat secara detail di cermati pada u-blox LEI-6 Series Datasheet tahun 2014. Interoperabilitas data hasil penentuan posisi RTK GPS secara umum dan RTK GPS menggunakan modul GPS dapat dilakukan dengan mengacu pada tulisan Lee dkk (2002) tentang standar komunikasi data GPS format National Marine Electronic Association (NMEA) yang terbaru.

How to Do The Experiment?

Konsep pengukuran yang dilakukan pada eksperimen ini secara umum adalah survei RTK menggunakan koreksi dari CORS atau yang disebut dengan NTRIP. Alat-alat yang digunakan dalam eksperimen ini meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras yang digunakan adalah:

  1. Satu unit GPS OEM Ublox seri LEI-6T
  2. Satu unit tablet android
  3. Kabel (Universal Serial Bus) USB to mini USB
  4. Kabel USB OTG (On The Go)
  5. Satu unit komputer/laptop

Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

  1. Aplikasi RTKLIB
  2. Aplikasi android RTK+ (berbasis koding RTKLIB)
  3. Perangkat lunak U-center

 

Eksperimen dimulai dengan kegiatan persiapan yang meliputi persiapan alat (pengadaan alat utama berupa GPS OEM Ublox seri LEI-6T dan perangkat android). Dilanjut pengunduhan dan pemasangan perangkat lunak U-center pada komputer serta pengunduhan dan pemasangan aplikasi RTK+ pada perangkat android.

Workflow

Pengaturan sistem RTK yang dilakukan pada umumnya terdiri atas 2 tahap yakni pengaturan sistem pada modul GPS dan pengaturan pada aplikasi RTK+. Pengaturan yang dilakukan pada modul GPS meliputi pengaturan komunikasi data protokol serial (serial connection) dan tipe data dengan menggunakan perangkat lunak U-center. Sedangkan pengaturan pada aplikasi RTK+ meliputi pengaturan komunikasi data dan tipe data (parameternya harus sama dengan pengaturan pada pengaturan modul GPS dari U-center) serta pengaturan yang terkait dengan CORS yang akan digunakan (IP number, port number, username, dan password)

Kegiatan perakitan sistem RTK dilakukan dengan menyambungkan modul GPS Ublox seri LEI-6T dengan perangkat android dengan menggunakan kabel USB OTG (micro USB to USB) yang disambung dengan kabel USB to mini USB. Antena bawaan modul GPS disambungkan dengan menggunakan konektor mini kabel coaxial.

Setelah pengaturan sistem RTK selesai dilaksanakan dan alat sudah terakit kemudian dilanjutkan dengan melakukan tes untuk menguji apakah sistem RTK yang telah disusun dapat berfungsi dengan baik. Apabila terdapat kendala teknis dan sistem RTK tidak berfungsi maka dilakukan cek ulang pengaturan RTK yang terkait dengan komunikasi data dan tipe data modul GPS serta komunikasi data, tipe data pada aplikasi RTK+.

Pengukuran RTK dilakukan untuk menguji apakah sistem RTK yang dibuat dapat digunakan untuk pengukuran secara riil di lapangan. Tahap ini terdiri atas  dua pekerjaan yakni: 1. tes penentuan posisi RTK pada titik kontrol yang telah diketahui koordinat tetap-nya dan 2.  tes pengukuran pada detil planimetrik. Tes yang pertama dilakukan di titik kontrol Orde-0 N0005 yang terletak di depan gedung DSSDI (Direktorat Sistem dan Sumberdaya Informasi) Universitas Gadjah Mada. Koordinat yang dijadikan acuan adalah koordinat  titik N0005 hasil pendefinisian Sistem Referensi Geospasial Indonesia tahun 2013 (SRGI2013) yang dimuat di laman http://srgi.big.go.id/peta/jkg.jsp milik Badan Informasi Geospasial (BIG).

 

Evaluasi tes pertama dilakukan dengan membandingkan koordinat rerata hasil pengukuran dengan koordinat fix titik N0005 dari SRGI2013 epoch 2012 yang tercantum pada tabel 1. Tes kedua dilakukan dengan mengukur sebuah taman di depan gedung Kantor Pusat Fakultas Teknik (KPFT) Universitas Gadjah Mada (Gambar 3). Tes ini dilakukan untuk mengecek hasil pengukuran RTK secara riil di lapangan pada obyek planimetrik. Lokasi tersebut dipilih dengan pertimbangan karena lokasinya cukup terbuka dan datar sehingga memudahkan pelaksanaan tes.

Evaluasi untuk tes kedua dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut; melihat secara visual hasil pengukuran (metode RTK dan absolute positioning) di atas Google Maps (satellite image view), membandingkan hasil jarak antara dua titik pengamatan RTK dengan pengukuran jarak langsung menggunakan pita ukur. Satu hal yang perlu disadari bahwa citra satelit pada Google Maps juga tidak lepas dari kesalahan, namun demikian menampilkan hasil pengukuran di atas citra tersebut dapat memberikan gambaran umum hasil penentuan posisi RTK yang dilakukan. 

Result  

Hasil dan pembahasan pada makalah ini meliputi; hasil rangkaian sistem RTK, hasil ujicoba fungsi sistem RTK hasil pengukuran RTK, dan evaluasi hasil pengukuran RTK.

 1.     Hasil rangkaian sistem RTK

Sistem

Secara umum tidak sulit untuk merangkai sistem RTK menggunakan modul GPS u-blox LEI-6T yang terkoneksi dengan aplikasi RTK+ pada perangkat android. Dari rangkaian tersebut juga dapat dilihat bahwa ke depan perlu didesain wadah (case) untuk melindungi modul receiver, mengingat modul tersebut terangkai dalam sebuah printed circuit board (PCB) kecil yang rawan rusak karena terbentur atau jatuh. Ada baiknya juga didesain holder untuk men-setup perangkat android dan antena agar bisa dengan nyaman digunakan saat pengukuran. Hal-hal ini perlu dilakukan mengingat pada prakteknya sistem ini akan digunakan pada pengukuran di lapangan yang memerlukan kemudahan dalam melakukan sentering, pengukuran maupun perpindahan antar titik pengamatan.

 

 

2.     Hasil uji coba fungsi sistem RTK

Sistem RTK yang telah dibuat telah diuji coba untuk digunakan dalam pengukuran. Setelah semua alat tersambung dan difungsikan lampu indikator pada modul GPS langsung menyala dan berkedip. Setelah itu sistem secara umum akan memerlukan sekitar 1-5 menit untuk melakukan inisialisasi penentuan posisi. Setelah proses inisialisasi berhasil dilakukan maka akan muncul koordinat dan tipe solusi pengukuran yang dihasilkan. Pada umumnya koordinat yang muncul pada awalnya merupakan koordinat dengan tipe solusi absolute/standalone, kemudian dilanjut dengan koordinat dengan solusi RTK float dan atau fixed. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan solusi RTK bergantung pada keterbukaan pandangan langit (sky view) lokasi pengamatan dan kelancaran komunikasi data internet yang digunakan. Pada eksperimen ini inisialisasi memerlukan waktu sekitar 1 menit karena lokasi terbuka dan komunikasi data relatif lancar.

3.     Hasil Pengukuran RTK

HasilHasil pengukuran dapat disimpan dalam beberapa format data. Tes penentuan posisi di atas titik N0005 dilakukan beberapa kali dengan durasi masing-masing pengukuran sekitar 1 jam. Dari seluruh pengamatan yang dilakukan, solusi pengukuran RTK yang dihasilkan dominan float (Gambar 5). Mengingat  lokasi pengamatan yang terbuka (minim vegetasi dalam radius 20 meter), solusi yang dominan float ini kemungkinan diakibatkan oleh sinyal pantulan detil reflektif di sekitar lokasi pengamatan (gedung, pagar, jalan aspal dan lain-lain). Dari hasil yang disajikan pada gambar dapat diketahui bahwa posisi yang dihasilkan dari solusi float RTK dengan sistem ini masih sangat divergen untuk 10 menit pertama. Namun demikian pada periode berikutnya hingga menit ke 60 solusi sudah mulai konvergen dan mendekati nilai koordinat fix titik N0005 dari SRGI2013 epoch 2012. Nilai rata-rata koordinat hasil pengukuran float tersebut hanya berselisih 20cm dari titik N0005.

Hasil2Solusi pengukuran yang masih dominan float dan memiliki akurasi desimeter sebenarnya belum ideal untuk digunakan untuk pengukuran detil planimetrik. Namun demikian pengukuran tetap dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran riil hasil penentuan posisi RTK sistem ini untuk pemetaan detil. Pada Gambar 6 ditampilkan hasil tes pengukuran detil planimetrik. Seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya bahwa belum kovergennya solusi dapat mengakibatkan hasil yang didapat bisa sangat berbeda dengan hasil pada tes pertama (penentuan posisi pada titik tetap). Terlihat secara visual pada gambar bahwa bentuk taman yang seharusnya teratur menjadi terdistorsi karena setiap titik pojok taman yang diukur dengan sistem RTK ini didapat solusi float dengan ketelitian pada level desimeter. Namun demikian jika dibandingkan dengan solusi absolute positioning tentu saja sistem RTK ini sudah memberikan solusi penentuan posisi yang jauh lebih baik.

4.     Evaluasi Hasil Pengukuran RTK

Dari hasil-hasil yang telah disampaikan sebelumnya terlihat bahwa untuk meneliti performansi dari penentuan posisi menggunakan modul GPS murah dengan memanfaatkan koreksi RTK NTRIP dari CORS masih memerlukan kajian yang lebih mendalam. Dari eksperimen sederhana pada tes penentuan posisi pada titik kontrol N0005 dan pengukuran detil planimetrik didapat dua hasil yang agak berbeda dimana pada tes pertama penentuan posisi dengan sistem RTK ini menunjukkan ketelitian yang cukup baik (20cm untuk solusi float) namun pada tes pengukuran detil planimetrik didapatkan hasil dengan ketelitian lebih rendah

References

Grieneisen, D., 2012,  Real Time Kinematic GPS for Micro Aerial Vehicle.

Hwang, J., Yun, H.,  Cho, J., Lee, D., 2012, Development of an RTK-GPS Positioning Application with an Improved Position Error Model for Smartphones, Multidisciplinary Digital Publishing Institute (MDPI), Published online Sep 25 2012.

Takasu, T., Yasuda, A., 2009, Development of the low-cost RTK-GPS receiver with an open source program package RTKLIB, International Symposium on GPS/GNSS, International Convention Center Jeju, Korea, November 4-6, 2009

Takasu, T., 2009, RTKLIB: Open Source Program Package for RTK-GPS, FOSS4G 2009 Tokyo, Japan, November 2, 2009.

u-blox, 2014, LEA-6 GPS Module Data Sheet, November 27 2014.

Wiśniewski, B., Bruniecki, K., Moszyński, M., 2013, Evaluation of RTKLIB’s Positioning Accuracy Using Low-cost GNSS Receiver and ASG-EUPOS, the International Journal on Marine Navigation and Safety of Sea Transportation Vol. 7 No. 1 March 2011.

Lee, A., Anderson, L., Cassidy, F., 2002, NMEA 2000 A Digital Interface for the 21st Century, Institute of Navigation’s 2002 National Technical Meeting January 30, 2002 in San Diego, California.

 

Navigasi Kendaraan Berbasis GPS Pada Smartphone

Seiring semakin populernya penggunaan ponsel pintar (smartphone) dalam beberapa tahun terakhir, navigasi perjalanan berbasis GPS mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini pengguna smartphone dimanjakan dengan kemudahan menjelajahi rute perjalanan dimana saja dan kapan saja baik secara offline maupun online. Berbagai pilihan aplikasi, baik yang gratis maupun berbayar banyak tersedia di AndroidTM playstore, AppleTM store, BlackberryTM world, NokiaTM  store dan sebagainya. Sebut saja beberapa aplikasi navigasi perjalanan online yang populer seperti: Google Navigation, Waze, Sygic adalah aplikasi android yang angka terunduh-nya sangat fantastis. Tak kalah populer adaalah aplikasi navigasi perjalanan offline seperti: Navitel, Papago, Orux dan sebagainya. Berbagai komunitas pecinta navigasi perjalanan berbasis GPS pun bermunculan, mulai dari yang iseng hingga yang serius. Tak sedikit pula komunitas yang membuat peta navigasi sendiri. Contoh situs komunitas yang membuat peta navigasi sendiri adalah malsingmaps.com (Malaysia dan Singapura) dan navigasi.net (Indonesia).

Navigasi perjalanan berbasis GPS pada awalnya dikenal oleh konsumen melalui produk perangkat GPS yang khusus didesain untuk navigasi yang dikenal dengan sebutan GPS otomotif (automototive GPS). Perangkat ini biasanya bekerja dengan menggunakan bantuan data peta navigasi atau yang lebih dikenal dengan istilah digital route map (DRM). Pada tahun 2006 beberapa produsen mobil terkemuka mulai memperkenalkan penggunaan teknologi ini di Indonesia saat mereka menyertakan opsi navigasi GPS pada paket penjualan mobilnya.

Penentuan posisi pada sistem navigasi berbasis GPS secara teoritik dilakukan dengan metode absolute positioning atau yang juga dikenal dengan istilah standard positioning service (SPS) dimana posisi pengguna ditentukan dengan menggunakan satu receiver dengan mengamat minimal 3 satelit untuk posisi 2D atau 4 satelit untuk posisi 3D. Metode positioning ini berdasar pada prinsip pemotongan ke belakang berdasar jarak hasil pengamatan GPS menggunakan metode pseudoranging (menggunakan sinyal kode C/A GPS). Jika pseudoranging dilakukan pada kondisi ideal maka kesalahan yang terjadi adalah sekitar 3 meter. Pada kenyataannya pseudoranging tidak lepas dari kesalahan akibat medium perambatan sinyal (atmosfer), kesalahan orbit satelit, derau receiver dan sebagainya sehingga akurasinya bisa turun hingga 15 meter. Dengan demikian, pada dasarnya akurasi penentuan posisinya berkisar pada angka 3-15 meter. Namun, pada pelaksanaannya aplikasi navigasi berbasis GPS memanfaatkan algoritma matematika khusus untuk mengintegrasikan posisi dari GPS ke dalam jaringan jalan. Fitur ini analoginya mirip dengan fasilitas OSNAP pada perangkat lunak computer aided drawing (CAD) dimana setiap kita mengarahkan kursor maka sistem akan mengasosiasikan lokasi pointer kepada obyek terdekat (garis, perpotongan garis, dan sebagainya). Pendeknya, selama inakurasi posisi yang diberikan GPS masih berkisar 3-15 meter maka aplikasi akan mengasosiasikan kendaraan pada jalan/pertigaan/perempatan yang terdekat.